Jumat, 08 April 2016

Coretan Alakadarnya

PANCA BARA

Kebahagiaan dan rasa bangga terpancar dari wajah kami, peserta DIKDASLAT (Pendidikan Dasar Latihan) Mapastiebb (Mahasiswa Pecinta Alam Stiebbank Yogyakarta), Karyono (Taban), Yoseph Dege (Bobo), Anjani (Suma), Ajeng (Sunyi) dan aku sendiri Reza dengan nama rimba Jongor. 

Kebanggaan karena berhasil menyelesaikan DIKDASLAT Mapastiebb Yogyakarta dengan segudang pengalaman baru. Tak mulus jalan yang kami lalui untuk menyelesaikan Dikdaslat Mapastiebb. Sebelum mengikuti pendidikan dasar lapangan, kami harus melalui beberapa tahapan yang penuh liku. Selain itu, kami pun harus menyiapkan mental dan fisik agar dapat mengikuti Dikdaslat lapangan dengan maksimal.

Hari Kamis 31 Maret 2016 tepat pukul 15.00, kami menerima materi ruang dari kang Bombat salah satu mantan ketua umum Mapastiebb yang syarat akan pengalaman, baik selama di Mapastiebb maupun saat beliau di Sekber PA DIY. Sebuah kebanggaan diajar oleh kang Bombat yang bukan hanya aktif dalam organisasi namun juga pintar di bidang pendidikan. Itu dibuktikan oleh beliau dengan menerima Tugas belajar dari Pemda tempatnya berdinas untuk melanjutkan S2 di Universitas Gadjah mada. Matahari sudah bersembunyi, ketika kang bombat menyelesaikan materi mengenai Sejarah Mapastiebb. Setelah itu kami pun diberi waktu jedah sebelum melanjutkan materi ruang berikutnya.

Setelah makan malam tepatnya pukul 19:00 kami diberi materi Hutan dan gunung oleh kang Supit dari Kamapala Institut Pertanian Yogyakarta. Kang Supid menjelaskan panjang lebar mengenai Hutan dan Gunung. Mulai dari Manajemen Perjalanan hinggan Ilmu Peta, Medan & Kompas atau Navigasi Darat. Beliau membagikan protactor dan peta topografi untuk praktek langsung.


Malam pun semakin larut namun saya dan keempat kawan lainnya tetap semangat. Kami pun melanjutkan briefing meskipun wajah kami terlihat kusut. Briefing ini dilakukan untuk mempermantap persiapan materi lapangan keesokannya. Itu semua dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan nantinya. Kami berlima pun dengan seksama mendengar arahan kang genter selaku ketua Mapastiebb sampai selesai. 

Keesokan harinya, kami pun berkumpul di kampus sekitar pukul 10:00 waktu Indonesia bagian stiebbank hehehe. Sembari menunggu upacara pelepasan kami pun mengecek segala kebutuhan selama di gunung nantinya. Sunyi dan Suma selaku wanita tangguh menyiapakan segala hal mengenai komsumsi, sedangkan saya dan kedua pria kece lainnya menyiapkan segala alat yang dibutuhkan selama di gunung seperti tenda dan kawan-kawannya. 

Sekitar beberapa jam berikutnya, tepatnya setelah shalat Jumat kami pun berkumpul kembali untuk mengikuti Upacara pelepasan. Meskipun sederhana kami pun dengan serius mengikuti upacara pelepasan. Mendengar dengan seksama arahan kang genter, kang pulut dan pak Tito selaku Wakil Ketua III bidang Kemahasiswaan Stiebbank Yogyakarta secara bergantian. Begitu banyak pernyataan yang terlontar dari mereka. Support dan dukungan mereka menjadi sebuah motivasi tersendiri untuk lebih berkembang. Saking semangat membuat saya tak sadar kalau upacara sudah hampir usai.

Upacara pelepasan pun telah usai, ditandai dengan penerimaan bendera Mapastiebb dari wakil ketua III bidang Kemahasiswaan Stiebbank Yogyakarta kepada Ketua Mapastiebb Kang Genter (ditra Yaumilfath). Kami pun bergegas menunggu bis di pinggir jalan Magelang. Matahari sedang terik-teriknya, ketika bis yang entah apa namanya membawa rombongan kami tiba di Blabak, Kab.Magelang, Jawa Tengah. Disitu kami menunggu mobil pete-pete (angkot). Setelah beberapa menit kami pun diangkut mobil pete-pete berwarna kuning ke tujuan kami selanjutnya. Sesampainya di perempatan menuju ke selo kami pun diturunkan disitu. Kami pun harus menunggu lama mobil pick up untuk mengantar kami ke pasar Selo yang dimana merupakan lokasi start long march.

Tepat pukul 16 lewat sekian, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pasar selo menggunakan mobil pick up sayur. Sesampainya di pasar selo kami pun mulai long march. Ditengah perjalanan kami tak lupa menjalankan kewajiban selaku umat muslim yakni shalat Maghrib. Setelah menjalankan shalat maghrib kami pun melanjutkan perjalanan ke base camp yang ditempuh sekitar 45 menit. Disana kami beristirahat sejenak sambil menunggu kang Genter dan kawan-kawan dari KAMAPALA Institut Pertanian Yogyakarta yang lagi mengurus perizinan di Pengurus Taman Nasional Gunung Merbabu. Sembari menunggu kang Genter kami pun selaku peserta mengecek persiapan lagi. Saya melengkapi sebagian perlengkapan pribadi dan yang lainnya menambah persediaan stok air untuk digunakan di gunung.

Setelah sepersekian menit kang Genter pun telah menyelesaikan semua urusan administrasi. Kami pun bergegas mengangkat carrier masing-masing. Untuk tiba di lokasi kami pun berjalan hanya beberapa menit. Ya, memang hanya sebentar karena ini bukan acara camping ceria sebagaimana kalau naik gunung. Ini merupakan Dikdaslat yang dilakukan hanya di sekitar hutan anak kaki gunung Merbabu.

Sesampainya disana kami pun berbagi tugas. Laki-laki memasang tenda dan perempuan mengurus urusan komsumsi. Kang Pelor selaku Dansis pada kegiatan ini hanya memberikan waktu selama 15 menit untuk memasang tenda serta memasak dan 15 menit untuk makan. Itu semua dilakukan agar kita selaku mahasiswa harus cepat dan tanggap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi ketika berada di alam maupun di dunia persaingan globalisasi saat ini.

Tenda telah berdiri dan acara makan-makan pun telah usai, meskipun sebenarnya perut buntal ini masih merontah meminta hak Nya hehehehe. Selanjutnya kami pun mengikuti Binjas (Bimbingan Jasmani) yang dipimpin langsung oleh kang Pelor. Berbagai gerakan pun kami lakukan hingga tak sadar keringat pun bercucuran dibalik kabut yang kian beringas. 
  

0 komentar:

Posting Komentar